Aldy Ian
Ilustrasi by :
Aldy Ian
Seorang ayah
yang cukup sibuk yang bekerja untuk salah satu perusahaan swasta
terkemuka, seringkali ia pulang kerja hingga larut malam. Suatu ketika
sang ayah tersebut
pulang kerja, ternyata anaknya yang masih kelas 2 SD membukakan pintu
untuknya, dan sepertinya si Anak memang sengaja menunggu ayahnya tiba di
rumah.
“Kok kamu belum tidur?”, sapa sang Ayah setelah mencium kening anaknya
tersebut. si Anak menjawab,“Aku memang sengaja menunggu ayah pulang
karena aku ingin bertanya,
berapa sih gaji ayah?”. “Lho, kok kamu nanya gaji ayah sih?”, “Nggak,
aku cuma
mau tahu aja ayah..”, timpal si Anak Ayahnya pun menjawab, “Kamu hitung
sendiri,
setiap hari ayah bekerja 10 jam dan dibayar Rp.400.000, dan tiap bulan
rata-rata ayah bekerja 25 hari. Hayoo.. jadi berapa gaji ayah dalam 1
bulan?”. si Anak tersebut langsung bergegas mengambil pensilnya,
sementara ayahnya melepas sepatu.
Ketika sang Ayah beranjak menuju kamar, anaknya berlari mengikutinya.
Kemudian si Anak menjawabnya, “Kalo
1 hari ayah dibayar Rp.400.000 untuk 10 jam, berarti 1 jam ayah digaji
Rp.40.000 donk?”. “Wah, pinter anak ayah sekarang ya.., sekarang kamu
cuci kaki dan
tidur ya”, jawab ayahnya. Tetapi, si Anak tidak juga beranjak. Sambil
memperhatikan ayahnya ganti pakaian, anaknya kembali bertanya, “Ayah,
boleh pinjam
uang 5rb nggak?”. “Sudah, buat apa uang malam-malam begini?! Ayah capek,
mau
mandi dulu, sekarang kamu tidur!”, jawab ayahnya. Dengan wajah memelas
anaknya menjawab, “Tapi ayah..”, ayahnya pun langsung menghardiknya,
“Ayah bilang
tidur!!”. Anak kecil itupun langsung berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, sang Ayah menyesali
perbuatannya yang telah menghardik anaknya tersebut. Ia pun melihat kondisi
anaknya tersebut. Dan ternyata, anak kesayangannya itu belum tidur. Ternyata
anaknya tersebut dilihatnya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000 di
tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus
kepala anaknya itu, sang Ayah berkata, “Maafkan ayah ya nak. Buat apa sih minta uang
malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kita beli ya. Jangankan minta
5 Ribu, lebih dari itupun ayah kasih”. Anaknya pun menjawab, “Ayah, aku tidak minta
uang. Aku cuma mau minjam. Nanti aku kembalikan lagi setelah aku menabung minggu
ini”. “Iya iya, tapi buat apa?”, tanya Sang Ayah dengan lembut. “Aku menunggu ayah
dari jam 8 tadi, aku mau mengajak ayah main ular tangga. Cuma tiga puluh menit
saja. Ibu sering bilang, kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau
beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ternyata cuma ada Rp.15.000. tapi, karena
ayah bilang ayah tiap 1 jam ayah digaji Rp.40.000, jadi setengah jamnya ayah
digaji Rp.20.000. Uang tabunganku kurang 5ribu, jadi makanya aku mau pinjam uang
ayah 5ribu”, jawab si Anak dengan polos.
sang Ayah pun terdiam, dan dipeluknya
anak kecil itu erat-erat..
[the end]
[the end]
Tulisan diatas saya dapatkan
ketika lagi ngotak-ngatik komputer seorang teman saya, sayangnya teman saya itu
lupa sumber tulisan tersebut. Menurut saya itu adalah cerita inspiratif,
karena fenomena tersebut bisa saja terjadi diantara kita. Apalagi sulitnya
kehidupan sekarang ini membuat kita harus bekerja extra keras (meskipun saya
belum jadi orang tua, tapi saya bisa membayangkan betapa lelah dan susahnya
cari uang), hingga kadang-kadang kita lupa terhadap sesuatu hal, atau
orang-orang yang membutuhkan keberadaan kita ditengah-tengah mereka.
Kebersamaan bukanlah apa-apa dibanding dengan segalanya
Semoga bagi yang pernah, atau memang sedang mengalami kondisi tersebut
(dalam posisi sebagai orang tua) bisa membuka mata lebar-lebar dan segera
menyadari bahwa ada orang yang membutuhkan kasih sayang, komunikasi,
perhatian dan kebersamaan. Dan jika posisinya sebagai si anak,
kalaupun memang memiliki orang tua seperti cerita inspiratif
diatas, “Tetaplah berfikir positif”. Karena bagaimanapun orang tua kamu bekerja
mati-matian adalah hanya untuk untuk keluarga (termasuk kamu). Tetaplah
menjalin komunikasi, kedekatan serta keterbukaan dengan orang tua agar kamu
tetap bisa merasa nyaman, serta kamu menganggap bahwa “Keluarga saya adalah
keluarga yang terindah!”.
_______________________________________________________________________________
Setiap orang tua ingin anak-anaknya
punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit
kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun, dan selalu membutuhkan
kehadirannya.
Mereka membantu membuat impianmu jadi
kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang
mustahil, seperti berenang di air setelah ia melepaskannya.
mereka mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu
mencarinya.
mereka mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia
tampak baik dan menyayangi.
mereka selalu berdoa agar kita menjadi orang yang sukses di dunia dan
akhirat, walaupun kita jarang bahkan jarang sekali mendoakannya.
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu
butuhkan.
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara.
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar uang sekolahmu tiap
semester, meskipun kamu tidak pernah memikirkannya, bagaimana ia
mendapatkannya.
Ia mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu.
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu hal yang baik persis seperti caranya.
Ia lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri.
Ia hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau
meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah
bisa melepaskannya.
Ia bisa membuatmu percaya diri, karena ia percaya padamu.
Mereka tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan
yang terbaik..
(Aldy Ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar