By: Ian
Ketika kegagalan mewarnai kehidupan kita, kitapun menangis dan kecewa namun kejayaan tidak akan sedikitpun tersenyum pada kita. Ketika kita dipandang hina dan dicerca karana kesalahan kita sendiri, kemuliaanpun hanya memandang kita dengan senyuman sinisnya. Ketika kita tersungkur jatuh kerana kelalaian kita sendiri lalu jiwa kita sakit dan menderita, kitapun menangis hiba, malangnya kebahagiaan tidak juga menemani kita hingga keresahan terusir dari jiwa kita.
Jadi kenapa kita perlu menangis? Bukankah tangisan itu akan menjadikan kita semakin resah bahkan tidak akan mengubah apa-apa. Bukankah kesedihan dan rasa kecewa itu akan memadamkan sebahagiaan dari kewarasan kita hingga kita mula hilang arah tuju dan teraba-raba mencari siapa diri kita sebenarnya. Bahkan lebih dari itu, tangisan itu akan mengikis keimanan kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya tiada lagi keyakinan kita kepada kesempurnaan dan kebijaksanaan Allah SWT. Kenapa kita tidak tersenyum? Karana Bukankah sahabatsahabat rasulullah yang merasakan kenikmatan dan kebahagiaan beriman itupun pernah tersungkur hina namun kerana jiwa mereka kuat lalu mereka menjadikan keinsafan sebagai anak tangga untuk mereka hampir kepada Allah Swt. Lihatlah kehidupan ini dengan jiwa yang tersenyum. Kalaupun kita hidup merempat, ada pula manusia yang mati hina. kalau kita serba kekurangan ada pula manusia yang langsung tak memiliki apa-apa. Kalau kita miskin harta, ada manusia yang miskin jiwa hingga tidak menikmati keindahan hidup walaupun kaya raya. Kalaupun kita tidak memiliki kenderaan yang baik, ada manusia yang tidak memiliki kaki untuk berjalan.
Memang kita berhak menangis untuk menghargai saat bahagia dan kadangkala kita perlu bergembira bagi setetes air mata...tetapi kita perlu tahu ketika mana dan untuk siapa tangisan itu. Bukankah jiwa ini ada Pemiliknya. Jadi ketika jiwa kita lemah mengadulah padaNya maka Dia akan berikan kita satu kekuatan baru kerana kekuatan itu milikNya. Ketika kita kecewa maka sandarkan harapan kita padaNya
kerana dialah tempat kita tujukan harapan kita. Cuma kadang-kadang kita lupa diri kita siapa lalu kita meminta kekuatan pada manusia yang juga lemah lalu kita semakin lemah, kita sandarkan harapan pada bukan tempatnya maka kitapun kecewa dan hampa.
"Senyuman itu akan mewarnai kekelaman dan kegelapan jiwa kita hingga kita akan melihat kehidupan ini dengan semangat dan jiwa yang baru". (Aldy Ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar