dakwatuna.com – Pagi yang
indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan
hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang
masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup,
aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan
jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya. Rasulullah SAW yang melihat
umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih
memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini.
Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para
keluarga serta sahabat.
Terkadang
kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita
untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,
keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap
kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang
diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang
menginginkan Indonesia
berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak
belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat.
Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia,
mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan
situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak
sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai
untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini
tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa
pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri.
Ingin mengubah Indonesia,
caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan
kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri
sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan
menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di
sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh
jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.
Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu
hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini
adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan
sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang
lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi
untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan
genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak
pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah
lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan
keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin
mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah
dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya
keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian.
Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak
sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya
milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka
kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang
lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang
tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani
melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara
sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya,
inilah calon orang besar.
Mengubah
diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak
berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah
menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah,
kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan
merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri
tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam
benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan
terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini
akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju.
Perubahan bergulir semakin besar.
Jadi
kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga,
sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan
dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau
kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya.
Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak
menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau
kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya.
Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga
bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia
akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu
lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi
suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik
bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin
halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian
tangguh. Ini akan disaksikan orang.
Membicarakan
dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang
ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh
lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai
dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil
tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa
kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri
sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti
ini:
Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal
Senyumlah pada setiap orang
Gunakanlah
waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau
tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan
Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.
Di
awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi
umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar
selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan
besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri
kita masing-masing.
Wallahualam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar