Untuk Sahabatku
SIAPAKAH ORANG YANG SIBUK?
Orang yang sibuk adalah orang yang suka menyepelekan waktu solatnya
seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s.
Sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia,
oleh karena itu pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya.
SIAPAKAH ORANG YANG MANIS SENYUMANNYA?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa
musibah lalu dia berkata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu
sambil berkata,"Ya Rabb, Aku redha dengan ketentuan-Mu ini", sambil
mengukir senyuman.
Apapun ujian yang kita terima, betapapun besarnya, Yakinkanlah diri kita
bahwa ssesungguhnya Allah SWT tidak akan membebani diluar kemampuan
hambanya.
SIAPAKAH ORANG YANG KAYA?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
Akankah kita terlena dengan harta, tahta dan wanita karena sesungguhnya itu semua tidak kekal dan fana.
SIAPAKAH ORANG YANG MISKIN?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada selalu menumpuk-numpukkan harta.
Oleh karena itu, bersyukurlah apa yang telah kita dapatkan. Jika kita
tidak bersyukur, ingatlah bahwa sesungguhnya azab Allah SWT sangatlah
pedih.
SIAPAKAH ORANG YANG RUGI?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun
masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.
Sampai kapankah kita menunggu waktu untuk merubah diri, bertaubat
sebenar - benarnya taubat (taubatan nasuha), kita memang masih muda maka
pergunakanlah usia muda kita untuk beribadah.
SIAPAKAH ORANG YANG PALING CANTIK?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kecantikan/ketampanan hambanya.
Karena sesungguhnya yang paling mullia disisi Allah SWT adalah yang
paling bertaqwa.
SIAPAKAH ORANG YANG MEMPUNYAI RUMAH YANG PALING LUAS?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati
membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan sejauh
mata memandang.
Oleh karena itu sudahkah kita mempersiapkan bekal kita yang dapat digunakan sebagai saksi kita dihadapan Allah SWT kelak.
SIAPAKAH ORANG YANG MEMPUNYAI RUMAH YANG SEMPIT LAGI DIHIMPIT?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.
SIAPAKAH ORANG YANG MEMPUNYAI AKAL?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak
karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa
neraka.
Oleh karena itu rubahlah orientasi kehidupan kita hanya satu tujuan, Ridha ALLAH semata.
Surat untuk Sahabat
Sahabatku, Tataplah Hari Esok!
Publikasi: 07/02/2011
Saya baru saja direcoki curahan hati seorang kawan. Ya, kawan lama yang
kerap berbagi duka maupun suka, sebagai siklus kehidupan yang penuh
misteri, dibalut kekalutan dan ketidakberdayaan. Demikianlah inti
curahan hati kawan yang mengalir dari mulut yang tampak sekilas didera
kekecewaan. Pasalnya, suatu ketika sahabat saya itu mencoba mengutarakan
rasa cinta manusiawinya terhadap seorang wanita yang menurutnya anggun,
pandai menjaga diri, tegas, dewasa dan tentu komitmen agamanya yang
menawan. Pokoknya ia pas di kalbu. Itulah prolog uneg-uneg sahabatku
yang menjadikan saya jadi penasarankan.
Sahabatku bertutur, ketimbang memendam rasa yang menyeret-nyeret ke
lautan fitnah yang lebih jauh, fitnah hati yang membelunggu dan terawang
lamunan yang mengangkangi hari-harinya, maka dia pun menggoreskan pena
di atas kertas, untuk menyampaikan rasa cinta yang tulus ini, yaitu
meminangnya sebagai calon isteri tercinta di kemudian hari.
Dan kini, curahan hati sahabatku telah dituangkan dalam bentuk tulisan
dan telah berada di tangan si empunya, calon isteri idamannya. Kendati
demikian, ia pun sodorkan salinan secarik surat itu ke tangan saya, dan
kubaca lalu isinya adalah,
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaah washshalaatu wassalaamu 'ala rasuulillaah.
Saudariku Seiman…
Mungkin surat ini mengejutkanmu, atau merisaukanmu, atau bahkan menyulut
amarahmu. Tapi memang inilah yang dapat aku perbuat, untuk menelisik
ihwalmu, agar aku lenyapkan beban fitnah di raga ini, yang dari hari ke
hari kian menggumpal, untuk kemudian menjelma menjadi bola salju yang
menggelinding tak terkendali.
Saudariku Seiman…
Inti pesan suratku ini, meski ragu dan segan, adalah sebuah pertanyaan
yang ingin saya ajukan, yaitu, apakah Adik dalam proses peminangan?
Kalau jawabannya 'Ya', maka semoga memang itu yang terbaik bagi saya dan
Adik. Tapi kalau jawabannya 'Tidak', maka pertanyaan yang kemudian
menyeruak adalah, sudah siapkah Adik untuk mengayuh bahtera rumah
tangga? Kalau jawabannya 'Belum', maka semoga itu pun sebuah penundaan
yang terbaik dari Allah. Lalu, jika jawabannya 'Sudah', maka bisakah
Adik mendampingi saya untuk bersama-sama berlayar dengan bahtera itu?
Saudariku Seiman…
Memang, rangkaian pertanyaan di atas mungkin agak menohok dan tanpa
tedeng aling. Tapi saya kira, terkadang ketegasan akan memupus sebuah
fitnah yang mendera. Saya harap Adik memakluminya. Kini saya hanya
menanti respon Adik, kendati demikian apapun jawaban Adik, semoga saya
dapat menerimanya dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Bukankah yang
kita sukai itu bisa jadi menjerumuskan kita ke hal yang lebih buruk?
Atau sebaliknya, bukankah yang kita benci justru membawa kita kepada
kebaikan? Begitulah firman-Nya untuk umat manusia yang daif ini.
Saudariku Seiman…
Kalau surat ini dianggap sebuah kelancangan, maka dari lubuk hati yang
paling mendalam, mohon pintu maaf Adik dibukakan selebar mata memandang.
Kalau ini dianggap sebuah aib, maka mohon agar Adik menutupi aib
saudaranya. Dengan sangat terbuka, saya sangat menanti nasehat atau
Taushiyyah dari Adik. Pamungkas, sekali lagi saya mohon dimaafkan,
semoga Allah mengampuni kekeliruan saya. Itu saja surat saya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara Seimanmu di Bumi Allah
Hmm..., Pikiranku melayang jauh, dan sahabatku pun menyergap saya dengan
sebuah pertanyaan, “Bagaimana suratnya, sudah dibaca semua?”
“Bagus, sebuah keberanian yang bertanggung jawab, dan penghindar fitnah yang efektif,” komentarku.
Tapi tak lama kemudian, dengan gurat wajah kuyu dan lunglainya,
sahabatku itu merogoh saku baju kokonya sembari mengeluarkan lembar
kertas lainnya yang lebih kecil dan berkata, “Ingin tahu jawabannya,
coba baca ini!”, pintanya dengan nada memelas.
Seolah ingin cepat menjawab rasa penasaranku, apalagi dengan mimik
wajahnya yang memilukan, maka tanpa basa-basi lagi langsung saja kubaca
surat itu. Isinya adalah,
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Saudaraku Seiman…
Terus terang saya sepakat dengan keterusterangan Kakak, menurut saya,
hal ini adalah hal yang wajar, dan Kakak telah melakukannya dengan cara
yang baik. Bagi saya, hal ini adalah sebuah ikhtiar, jadi sama sekali
bukan merupakan sebuah aib. Jadi, tidak ada satu pun yang perlu
dipermasalahkan.
Saudaraku Seiman…
Dalam hidup, adakalanya kita harus memilih, dan jawabannya adalah, saya
sedang dalam proses peminangan dengan seseorang. Ini adalah pilihan
saya. Semoga Kakak segera mendapatkan seorang yang terbaik buat Kakak.
Jangan pernah berputus harapan, sebab Allah yang paling mengetahui
tentang siapa, kapan dan bagaimana jodoh kita akan kita temui atau
menemui kita. Sekian, maafkan saya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara Seimanmu di Bumi Allah
Kupandangi sahabatku. Kucoba membayangkan gejolak hatinya saat ia
pertama kali membaca surat balasan si Adik, wanita idaman hatinya. Saya
menduga, pasti ia tengah patah hati, kecewa, kesal, galau, kacau, risau
dan membuat suaranya parau.
Tapi tampaknya, kali ini dugaan saya meleset. Ternyata senyum tegarnya
menghiasi raut mukanya, seolah mimik kuyu dan lunglainya lenyap ditelan
prasangka positif terhadap Rabbnya, dan memang seperti itulah seharusnya
seorang Muslim berperangai,
Allah berfirman, Aku punya prasangka terhadap Hamba-Ku dan Aku bersamanya manakala ia mengingat-Ku. (HR Muslim)
Itulah Janji dari Allah, untuk memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan
prasangka dia terhadap Rabbnya. Manakala seorang hamba berprasangka
positif atas Allah, maka Allah pun akan memberikannya yang lebih baik.
Ia terlihat ridha atas balasan surat itu. Sebab baginya, keridhaan
adalah mata air kebahagiaan yang tak pernah kering meski diterpa
kemarau.
Merupakan kebahagiaan anak Adam, manakala ia ridha atas apa yang telah
Allah tetapkan terhadapnya, dan merupakan kebinasaan anak Adam, manakala
ia marah atas apa yang telah Allah tetapkan terhadapnya (HR Turmudzi)
Sebab baginya, di balik keridhaan ada dimensi lain yang tengah menanti.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)
* * *
Dan saya berkeyakinan, ia telah tempuh jalan terbaik untuk mengenyahkan
beban fitnah itu. Semoga hal yang baik dibalas jua dengan kebaikan.
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. (Ar-Rahmaan: 60)
Sekali lagi, kutatap sahabatku tercinta. Aku berpikir, mungkin Allah
sekedar menunda jalinan cintanya, atau ada skenario ilahi yang sulit
ditebak. Lalu kupesankan kepadanya sebuah pepatah, “Garam di laut, asam
di gunung, dalam belanga bertemua jua”.
"Kalau memang dia jodohmu, tak akan kemana-mana," kataku, sekedar untuk menghibur hatinya yang agak gundah gulana.
Dan saya ingatkan dia dengan pesan Rasulullah,
Dan tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah terberat bagi laki-laki daripada wanita. (HR Bukhari).
Terakhir, saya berdo'a untuknya, agar sahabatku tetap tegar, tetap
optimis dan istiqomah, karena toh hari esok masih menghampar luas.
Wahai sahabatku, tataplah hari esok, jangan pernah berputus asa. Semoga Allah menguatkan hatinya.Wallahua’lam
Posting rinaldi.aldian@yahoo.com
Kado istimewa untuk sahabatku tercinta, tak usah patah hati, masih ada hari esok, laa tansa da’watakum…